Bandung – MoU BPH Migas dengan PT Pindad selain dalam rangka meningkatkan pengawasan dengan membekali PPNS BPH Migas dengan senjata untuk kelancaran tugas, juga dimaksudkan untuk meningkatkan investasi Hilir Migas terkait meningkatkan komponen bahan baku lokal baik untuk Pertashop maupun komponen Infratruktur pipa gas, sehingga bisa lebih murah.
Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa bersama anggota Komite BPH Migas Sumihar Panjaitan, Saryono Hadiwidjoyo, Ahmad Rizal, Sekretaris BPH Migas Bambang Utoro berikut jajaran team kunker ke PT Pindad, diterima Direktur Bisnis Produk Industrial Suharyono bersama divisi-divisi jajarannya, Bandung (06/04/2021).
Direktur Bisnis Produk Industrial PT Pindad Suharyono dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini hadir juga dalam pertemuan ini divisi alat berat, divisi Infratruktur dan divisi jasa lainnya untuk memberikan penjelasan yang dirasa perlu. PT Pindad, selain memproduksi senjata, alat berat juga jasa layanan lainnya seperti Pertashop.
“Setelah ini nanti akan dipaparkan produk-produk PT. Pindad yang nantinya bisa dijadikan pertimbangan yang mana yang sekiranya cocok untuk dipilih sebagai salah satu wujud implementasi MoU BPH Migas dengan PT. Pindad,” jelasnya.
Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa dalam sambutannya menyampaikan bahwa ini yang ketiga kalinya hadir di Pindad. Sedianya Komisi VII DPRRI juga ingin hadir serta.
Ada 2 hal yang utama kunjungan kali ini, sebagai tindak lanjut MoU yang telah dilakukan 4 bulan lalu, 19 November 2020 lalu, untuk implementasi. Yang utama persenjataan laras panjang maupun pendek, untuk penguatan pengawasan oleh PPNS BPH Migas, terkait izin dan lain-lain nanti, kita bersama-sama jemput bola.
“Salah satu tugas BPH Migas mengawasi ketersediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi yang melalui jaringan pipa di seluruh wilayah NKRI, dimana tidak bisa dipungkiri masih sering terjadi penyelewengan di lapangan, ” jelas Ifan sapaan akrab Kepala BPH Migas.
Lanjutnya, BBM setiap tahun 75 miliar liter, belum lagi gas bumi melalui pipa, ini semua memerlukan pengaturan dan pengawasan yang sungguh-sunguh.
Baru saja BPH Migas menyelenggarakan pelatihan yang dibantu Kopassus untuk membangun karakter karyawan selama 2 minggu.
Hasil praktik pasca latihan, membongkar dan merakit senjata dengan ketrampilan yang cepat, artinya mereka siap diterjunkan di lapangan.
Harapannya bulan april ini terealisasi pengadaan senjata.
Pemerintah menjamin ketersediaan BBM di seluruh wilayah NKRI dan yang ditugaskan adalah BPH Migas, pelaksananya Pertamina dan badan usaha lain yang memiliki izin seperti AKR, Exxon, Shell. Pada sisi ini, Pertamina sebagai BUMN memiliki target 2021 ini 12.000 Pertashop, sementara dalam 2 tahun ini baru 300 an. Artinya ada lompatan yang tinggi yang perlu strategi khusus untuk mewujudkannya, tahunan, triwulan, bulanan, mingguan, artinya 400 an Pertashop perbulan baru target bisa terpenuhi.
“Penting untuk bisa kami dengar, apa problemnya, kendalanya, agar BPH Migas bisa memberikan masukan solusi. Presiden menginginkan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) diutamakan, karena itu bentuk keberpihakan dalam negeri,” jelasnya.
Lanjutnya, termasuk rekanan penyedia peralatan Pertashop seperti Pindad, tentu penting untuk bisa mengiringi upaya ketersediaan itu. Selanjutnya Divisi Peralatan Industri dan Jasa lainnya Pindad menjelaskan, bahwa untuk Pertashop desainnya sudah dibuat bersama Pertamina, khusus dispenser Pertamina yang menyediakan. Untuk tanki dan lain-lain PT Pindad yang membuat, sedangkan pengujian melibatkan lembaga independen.
Problem yang sering dihadapi terkait komponen impor yang sesekali terlambat akibat kelangkaan di pasaran. Sedangkan untuk komponen lokal seperti shelter tidak masalah. Sedikit kesulitan terkait sertifikat agar dinyatakan sesuai spesifikasi masih mengalami kendala.
Beberapa komponen impor dicoba agar bisa dibuat dalam negeri, namun ini semua masih dalam proses. Untuk dispenser selama ini dari Pertamina Retail impor dari korea, kapasitas kemampuan 45 liter permenit.
Saat ini juga sedang dirancang prototipe dispenser. Kapasitas produksi Pertashop baru 45 unit perbulan. Sementara 300 unit yang sudah dibuat masih menumpuk di dalam menunggu instruksi pengiriman.
Dilanjutkan dengan perbincangan interaktif, dimulai dari Anggota Komite BPH Migas Ahmad Rizal menyampaikan terkait produksi, juga sertifikasi Pertashop, agar produksi bisa dipacu jangan terkendala hambatan sertifikasi, walaupun itu tetap dilakukan. Yang kemudian dijelaskan bahwa harga dispenser impor di atas 200 juta, yang rencananya dibuat kisaran 27 juta lebih, jauh lebih murah,dengan komponen impor 22%, produksi dispenser yang akan dibuat 300 unit perbulan, sementara saat ini Pertashop baru 45 sd 50 unit perbulan karena hambatan-hambatan itu.
Sumihar Panjaitan, juga anggota Komite BPH Migas menyampaikan, dulu pernah melihat pabrik oli di Jepang, dalam perkembangan ia bisa membuat formula sendiri yang bagus.
Kalau Pindad bisa membuat terobosan seperti itu dalam rangka membuat TKDN lebih dominan, sehingga penghematan anggaran lebih besar. Agat bisa dipelajari, dimana yang bisa diperhemat.
Selanjutnya Saryono Hadiwidjoyo menambahkan pentingnya keterbukaan informasi kendala yang dihadapi Pindad dalam memproduksi Pertashop, tujuannya agar ke depannya ada percepatan produksi.
Kendala yang mungkin, Pertamina melakukan upaya banyak membangun Pertashop haruslah diikuti dengan peningkatan kualitas produksi pendukungnya, salah satunya PT Pindad.
Dilanjutkan dengan kunjungan lapangan dan setelah itu disepakati untuk sesegera mungkin implementasi, komunikasi by phone sebagai tindak lanjut akan terus dilakukan untuk percepatan.