Keadilan mengakses energi, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), harus dinikmati oleh masyarakat yang berdomisili di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Hal ini diwujudkan dengan adanya harga BBM yang yang sama dengan kota-kota lain di nusantara. Untuk itu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) terus berupaya mengawal program BBM Satu Harga untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Program BBM Satu Harga yang dikawal BPH Migas diharapkan memberikan multiplier effect (efek berganda) terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Masyarakat di daerah 3T dapat menikmati harga BBM sama seperti harga BBM di Pulau Jawa. Sehingga keadilan sosial bagi rakyat Indonesia dapat terwujud,” terang Kepala BPH Migas Erika Retnowati saat ditemui dalam Seminar Umum Kebijakan Hilir Migas bersama DPR RI di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, (4/7/2023).
Erika mengungkapkan bahwa untuk wilayah Nusa Tenggara sudah terbangun 75 penyalur. “Di mana 47 penyalur di Nusa Tenggara Timur dan 2 Penyalur di Sumba Timur,” jelas Erika. Sementara untuk rencana pembangunan tahun 2023 hingga 2024, akan dibangun 2 titik lagi, yaitu di Kecamatan Tabudung dan Kecamatan Paberiwai.
Di tempat yang sama, Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menjelaskan pentingnya pengawasan subsidi BBM oleh berbagai pihak. “Kami juga melihat bahwa pentingnya subsidi tepat untuk terus diawasi, baik oleh kami sendiri BPH Migas, maupun juga oleh Pertamina. Termasuk juga bekerja sama tentu dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum,” ucap Saleh.
Saleh juga berharap dengan pengawasan dari berbagai pihak subsidi BBM dapat tepat sasaran. “InsyaAllah, dengan pengawasan kita bersama, dengan kerja sama semua pihak, maka tujuan agar subsidi tepat sasaran dapat kita raih,” tuturnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Herman Herry yang diwakili Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Timur John David berharap seminar ini dapat memberikan solusi dalam pengelolaan energi di Sumba Timur. “Harapannya kelangkaan BBM di Sumba Timur tidak terjadi,” tuturnya.
*Dorong Keselamatan Kerja*
BPH Migas mengapresiasi badan usaha yang terus melakukan peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja atau Health and Safety, Security Environment (HSSE). Upaya mitigasi potensi kecelakaan kerja pada industri minyak dan gas bumi (migas) sangat dibutuhkan.
“Ada program dan harus dijalankan secara rutin. Ini memang menjadi kewajiban. Apalagi kemarin ada kejadian-kejadian (terkait keselamatan dan keamanan kerja). Agar badan usaha waspada,” tegas Erika saat mengunjungi Terminal BBM Waingapu, Sumba Timur, NTT di hari yang sama.
Hal senada disampaikan Anggota Komite BPH Migas, Basuki Trikora Putra. Menurutnya industri sub sektor migas rentan dan memiliki potensi kecelakaan kerja, untuk itu sangat penting dilakukan pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Keberlangsungan perusahaan itu salah satu back bone (kekuatannya) ada di HSSE. Pembelajaran itu juga bagaimana pencegahan harus dilakukan. Upaya pencegahan adalah hal yang bagus,” pungkas pria yang kerap disapa Tiko.
Tampak hadir dalam rangkaian kegiatan hari ini Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Timur Umbu Ngadu Ndamu, Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Wilayah MOR V Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Dwi Puja Ariestya, Sales Area Manager Nusa Tenggara Timur Pertamina Patra Niaga Ahmad Tohir, dan Fuel Terminal Manager Pertamina Terminal BBM Waingapu Pertamina Dedi Sulistyo Widodo.