Telapak kaki mengering, peluh tak terasa beriring turun dari wajah yang legam. Tiberius, lelaki paruh baya yang setiap pagi memikul beban di bahunya sering merasa lunglai terutama saat matahari mulai beranjak tinggi. Enam jeriken, tiga kali balikan menuruni tebing curam sepanjang hampir 60 meter untuk mencapai sumber air dari galian sederhana, bukan hal yang mudah bagi pria seumurnya.
Tidak hanya Tiberius (50), hampir seluruh warga Desa Bolatena, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Tote Ndao, Nusa Tenggara Timur melakukan hal yang serupa. Kebutuhan akan air jernih berbanding terbalik dengan ketersediaan di desa mereka. Keadaan geografis membuat air bersih menjadi langka, terutama kala kemarau tiba, saat beberapa sumber air yang berada dekat desa menghilang atau berkurang. Dari sisi geologis, Desa Bolatena berada di daerah gamping terumbu yang keras dan padu dengan dialasi Formasi Bobonaro yang tersusun oleh batu lempung laut dalam sehingga keterdapatan air tawar di daerah ini menjadi jarang.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari warga harus membeli air bersih yang dikirim dengan mobil tangki dari Ba’a, ibukota Kabupaten Rote Ndao yang berjarak 2 jam perjalanan menuju Desa Bolatena. Karena alasan jarak dan kondisi jalan yang buruk di sekitar desa, tidak jarang pesanan ditolak atau dibatalkan.
Harapan warga datang ketika Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi membangun sumur bor di Desa Bolatena, yang dapat melayani hingga 2800 jiwa. Sumur dengan kedalaman sekitar 125 sampai 126 meter tersebut mengalirkan air dengan debit antara antara 1,50 hingga 2,30 liter per detik. Pasokan listriknya berasal dari genset dengan kapasitas 12,5 kVA, menggunakan pompa selam (submersible) 3 PK dan dilengkapi dengan bangunan rumah genset, rumah pompa dan bak penampungan air berkapasitas 5.000 liter.
Rasa senang dan lega terluap dari wajah Tiberus selaras dengan kucuran air dari keran sumur bor tak jauh dari rumahnya. Tulang-tulangnya yang tak lagi muda kini bisa sedikit rehat dari beban enam jeriken penuh air yang ia pikul ber kilo-kilo meter. Masak, mandi, cuci kini lebih nyaman karena air bersih tercukupi. “Sekarang cari air gak perlu susah-susah lagi, dulu harus jalan kaki 5 km, sekarang cukup 10 meter sudah ada air,” ungkap Tiberus senang.
Rasa syukur juga diungkapkan Yunus Welem Johannes (59 tahun), ketua adat desa Bolatena atau disebut Maleno. Melihat warganya tak perlu berjalan jauh memikul jeriken sampai ke sumber air adalah hal yang dinantikannya sejak lama. “Terima kasih pada Bapak Presiden, kami masih teringat dan terukir dihati kami ketika beliau di Rote Dhao pada tanggal 8 Januari 2017 beliau mengatakan Desa Bolatena dan Desa Oebela ini kekurangan air bersih, janji tidak hanya janji tapi janji suuda ditepati, suka citalah kami,” ungkap Yunus saat persemian sumur bor di Desa Bolatena (28/2).
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM IGN Wiratmaja mewakili Menteri ESDM berpesan kepada warga untuk menjaga sumur bor yang dibangun melalui APBN Kementerian ESDM tahun 2018 ini. “Harapan kami, karena sumur bor ini dibangun menggunakan APBN, hendaknya dimanfaatkan dan dirawat dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang besar untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat”, ungkap Wiratmaja.
Badan Geologi merupakan unit kerja di bawah Kementerian ESDM yang memiliki tugas fungsi salah satunya di bidang air tanah yaitu melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam hal penyediaan sarana air bersih melalui pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air.
Tidak hanya di Desa Bolatena, program pembangunan sumur bor oleh Badan Geologi Kementerian ESDM telah banyak dirasakan manfaatnya oleh desa lain yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2018, Kementerian ESDM telah membangun sebanyak 2.288 unit sumur bor dengan kapasitas debit air bersih mencapai sekitar 144,4 juta m3/tahun dan dapat melayani kurang lebih 6,6 juta jiwa. Sepanjang tahun 2018, dibangun 506 titik sumur bor di 175 Kabupaten/Kota dan 55 titik sumur bor untuk pengungsi bencana Bali, Lombok dan Sulawesi.
Pada tahun 2019 Kementerian ESDM kembali merencanakan pembangunan 650 titik sumur bor air bersih untuk masyarakat di daerah sulit air yang tersebar di seluruh Indonesia, terletak di 232 Kabupaten/Kota di 31 Provinsi. Dengan adanya program ini, diharapkan permasalahan sulit air bersih dapat dikurangi sehingga setiap warga Indonesia bisa mendapatkan haknya untuk menikmati air bersih.